Sejarah kompos TEMESI
Peningkatan jumlah sampah yang mencemari lingkungan Bali yang dulunya murni mendesak membutuhkan solusi yang komprehensif.
Kampanye publik tanpa sistem pengumpulan sampah yang baik membuat frustrasi dan mematahkan motivasi publik karena hal tersebut tak mendukung, dan sistem pengumpulan sampah tanpa pengolahan sampah baik yang ramah lingkungan tidak akan membantu alam kita. Hal inilah mengapa Gianyar Waste Recovery Project mengutamakan pengolahan sampah. Tujuan awal project ini adalah melakukan riset dan mengembangkan solusi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, aman dan ekonomis.
Project ini digagas oleh Rotary Club of Bali Ubud yang sekarang sudah dibubarkan. Mitra pelaksana adalah lembaga swadaya masyarakat lokal, Yayasan Bali Fokus dan Yayasan Gelombang Udara Segar (GUS).
Fasilitas pilot TEMESI mulai beroperasi pada 25 Juni 2004 dengan kapasitas 4 ton per hari. Sejak saat itu fasilitas ini mendapatkan perhatian luas baik lokal maupun internasional dan karenanya juga mendapatkan ekspektasi yang tinggi. Di fasilitas pilot, prosedur daur ulang sampah dioptimalkan. Di pusat riset dan laboratoriumnya, dipelajari komposting dengan aerasi paksa skala besar dan pengolahan sampah organik alternatif. Fasilitas pilot dan operasional awal memperoleh beragam dukungan akademis internasional.
Pada Januari 2007, seluruh input yang diperlukan digunakan untuk meningkatkan kapasitas fasilitas dalam tahap pertama dari 4 ton menjadi 25 ton per hari atau 8.750 ton per tahun. Lahan dan layanan lainnya diberikan gratis oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar.
Selama 2008, project TEMESI menjadi salah satu dari yang pertama di Indonesia mendaftar pada Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism – CDM) Protokol Kyoto dan mengadopsi sistem jaminan kualitas tipe ISO 9000 untuk meningkatkan kualitas dan mematuhi persyaratan CDM yang ketat.
Pada Desember 2009, fasilitas mencapai kapasitas finalnya 50 ton per hari atau 17.500 ton per tahun dengan memperluas area produksi pada tahap dua yang mencapai 4.740 m2. Hanya peningkatan kapasitas ini yang menjadikan project layak untuk direplikasi.
Pada 2008, United Nation Environment Programme memilih TEMESI project sebagai Showcase Project No. 1 di Asia Pasifik. Pada Desember 2008, Yayasan berbasis komunitas TEMESI mengambil alih kepemilikan project dan sekarang bertanggung jawab atas seluruh operasional.
Konsep pengelolaan sampah TEMESI memiliki potensi besar untuk direplikasi. Kompos memulihkan kesuburan tanah dan dengan melakukan komposting dan daur ulang, sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah berkurang sampai 90% nya.
United Nation Environment Programme
No. 1 Showcase Project Award 2008
What can a anthropologist say about climate Change by Graeme MacRae (partly about TEMESI):
http://www.ram-wan.net/documents/05_e_Journal/journal-5/3-macrae.pdf