Bank Sampah

Sungguh luar biasa bahwa ratusan juta dollar dikucurkanuntuk penelitian fasilitas sampah terpusat skala besar di Indonesia (seperti fasilitas daurulangsampah TEMESI) yang menghasilkan hanya sedikit replikasi, sementara bank sampah terdesentralisasi skala kecil yang didirikan dari sebagian kecil 1.000 dollar berkembang sangat cepat ke seluruh Indonesia tanpa banyak bimbingan atau pendanaan. Mengapa? Karena mereka menawarkan solusi yang menguntungkan semua pihak yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus mudah dan murah untuk diimplementasikan.

Sebuah Konsep Baru

Bank Sampah seperti yang dikenal sebutannya di Indonesia merupakan sebuah konsep pengelolaan sampah yang meyakinkan. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia mempromosikan Bank Sampah sebagai program strategis yang baru. Menurut Kementerian, pengelolaan sampah dengan banyak dampak positif melalui program pengembangan bank sampah tidak dapat dipisahkan dari partisipasi warga, terutama pada tingkat akar rumput.

Bank sampah umumnya dibentuk di lingkungan dengan penghuni 1.000 orang dan biasanya dijalankan oleh warga kurang mampu yang ingin meningkatkan pendapatannya. Nasabah membawa seluruh sampah non organiknya ke bank yang diperlakukan seperti tabungan. Transaksi dicatat di buku tabungan yang dipegang oleh nasabah atau alternatifnya dicatat pada buku yang disimpan oleh bank. Banyak bank juga menerima sampah organik sementara yang lainnya mendorong pengomposan rumah tangga.Bank sampah menjual barang-barang yang ditabung kepada pengepul untuk dipergunakan kembali atau didaur ulang. Sampah yang ditabung diubah menjadi uang yang dapat ditarik jika diperlukan setelah dipotong sekitar 15% untuk membiayai kegiatan operasional bank.

bank-sampah bank-sampah02

Konsep yang Menyebar Dengan Cepat

Bank sampah pertama didirikan pada Februari 2008 di Desa Badegan, daerah Bantul, Yogyakarta.Ini diklaim sebagai bank sampah pertama di dunia. Segera setelah itu jumlah bank sampah tumbuh dengan pesat. PadaFebruari 2012 tercatat 471 bank, lalu pada akhir Juni 2012 bertambah menjadi 728 bank sampah dengan omset Rp. 31,2 juta per bulan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pada Juni 2013 Indonesia memiliki 1.195 bank sampah di 58 kecamatan dan kota dengan 106.000 pekerja. Banyak perusahaan membuat bank sampah sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaannya.

Pada 2014, Kementerian Lingkungan Hidup membuat target untuk mengembangkan bank sampah di 250 kota di seluruh Indonesia dengan 25 bank sampah di setiap kota yang akan menambah 6.250 bank sampah. Pada 2014, Surabaya memiliki lebihdari 28 fasilitas pengelolaan sampah terdesentralisasi yang aktif, sementara bank sampah yang terpusat berhenti beroperasi.Tangerang (Jakarta bagian barat dengan populasi sekitar 2 juta orang) berencana memiliki 1.000 bank sampah pada 2014, sementara di daerah Depok (bagian selatan Jakarta dengan jumlah populasi yang kurang lebih sama) sekitar 2.000 bank sampah diharapkan berjalan pada 2014 dengan dukungan Shell Indonesia. Fasilitas daur ulang sampahTEMESI membuka bank sampahnya sendiri padaAgustus 2014.

Jika pertumbuhan yang cepat ini berlanjut, Indonesia betul-betul menuju revolusi pengelolaan sampah.Untuk melayani 250 juta penduduk Indonesia, diperlukan 250.000 bank sampah yang masing-masing melayani 1.000 orang. Diperkirakan pada akhir 2015 sekitar 5% dari populasi akan dilayani oleh 15.000 bank sampah dan tidak akan ada yang dapat menghentikan pertumbuhannya. Hasilnya merupakan kontribusi yang signifikan untuk kegiatan daur ulang.Kita juga dapat belajar dari fasilitas daur ulang TEMESI bahwa proyek yang merupakan inisiatif warga berskala kecil yang terdesentralisasi memiliki potensi yang lebih besar daripada pendekatan terpusat yang merupakan inisiatif dari atas (Pemerintah), yang menemui banyak kendala.

bank-sampah03 bank-sampah04

Banyak Situasi yang Menguntungkan Semua Pihak

Sulit menemukan argumentasi yang berseberangan dengan bank sampah. Berikut beberapa keunggulannya:

  • Bank sampah secara mendasar mengubah kebiasaan warga yang menjadi nasabahnya:
    • Sampah menjadi sumber uang, dibagi antara bank dan nasabahnya
    • Sampah dikumpulkan alih-alih dibuang begitu saja
    • Sampah dipisahkan di sumbernya untuk dijual
    • Sampah dijaga agar tidak terkontaminasi karena ini dapat mengurangi nilainya
  • Merupakan suatu aplikasi model dari konsep 3-Re, reduce – mengurangi, reuse – menggunakan kembali, recycle – mendaur ulang
  • Lingkungan menjadi lebih bersih karena berkurangnya sampah yang dibakar atau dibuang ke alam
  • Logistik yang sederhana
  • Kompos lebih mudah dijual dalam kemasan kecil dalam suatu lingkungan yang berdekatan
  • Mencegah terbentuknya metan yang merupakan gas rumah kaca yang kuat yang umumnya dihasilkan di tempat pembuangan akhir sampah
  • Tidak ada biaya tinggi untuk pemilahan sampah dan operasional yang biasanya harus ditanggung oleh fasilitas daur ulang sampah skala besar
  • Volume sampahsebagai residu yang harusdibuang ke tempat pembuangan akhir sampah berkurang secara signifikan
  • Tidak ada batas pertumbuhan untuk bank sampah dan solusi ini layak diterapkan di seluruh penjuru negeri.

Dokumen riset tentang Bank Sampah:
http://lemlit.uhamka.ac.id/files/Bank%20Sampah_Ringkasan_Irdam.pdf
http://thesis.binus.ac.id/ecolls/Doc/Lain-lain/2012-2-01378-MC%20WorkingPaper001.pdf