Pembelajaran

Proyek Daur Ulang Sampah Gianyar dimulai pada tahun 2004. Sejak 2008 fasilitas mengolah 50 ton sampah per hari. Sampah organik (85%) diolah menjadi kompos. Sampah anorganik (5%) didaur ulang dan sisanya adalah residu (10%) dibuang di tempat pembuangan akhir sampah. Persentase sampah yang didaur ulang sangat kecil, karena pemulung sudah mengambil sampah-sampah yang paling berharga sebelum mencapai fasilitas. Jadi kisaran sampah organik yang dihasilkan sebenarnya mencapai 70 sampai 80%. Kurangnya jenis sampah yang dapat didaur ulang memberi beban berat pada kemampuan fasilitas TEMESI untuk menghasilkan profit. Tanpa kredit gas rumah kaca yang diterima setelah registrasi proyek di bawah Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM – Clean Development Mechanism) dari Protokol Kyoto, fasilitas tidak akan dapat berkelanjutan.

Komposting bukan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang rumit dan fasilitas daur ulang sampah memerlukan hanya akal sehat. Kunci dalam membangun fasilitas daur ulang sampah yang berkelanjutan adalah logistik dan pemasaran.

Logistik

Logistik yang buruk mendorong pembuangan sampah ilegal dan negara-negara berkembang merupakan bukti dari hal ini. Membuang sampah yang sudah dikumpulkan secara ilegal selalu merupakan suatu godaan saat waktu dan uang untuk bahan bakar bisa dihemat. Karena itu, diperlukan perhatian khusus untuk logistik. Pembuangan sampah ilegal terjadi saat pengangkutan sampah harus menempuh jarak yang terlalu jauh. Karenanya lebih baik tersedia fasilitas terdesentralisasi dalam jumlah yang memadai untuk suatu daerah alih-alih hanya satu seperti yang kami miliki di TEMESI. Kesuksesan bank sampah barangkali menunjukkan salah satu bentuk desentralisasi terbaik. Lebih lanjut ada pada dokumen lessons-learned yang dapat diunduh.

Pemasaran

Sejauh ini pasar kompos terbesar adalah produksi beras. Bagaimana pun juga, petani memiliki akses ke pupuk kimia yang disubsidi antara 50 sampai 92 %. Kompos yang tidak disubsidi tidak dapat bersaing dengan pupuk kimia. Kompos hanya dapat dijual di pasar yang jauh lebih kecil seperti hotel, rumah pribadi, lansekap atau pembibitan. Lebih lanjut terdapat pada dokumen lessons-learned yang dapat diunduh.

Bank Sampah – sampah menjadi rupiah

Suatu pendekatan yang sangat menjanjikan untuk pengelolaan sampah terdesentralisasi adalah Bank Sampah. Bank ini menjamur di seluruh Indonesia karena membukanya mudah dan murah. Pada akhir 2014 akan ada sekitar 10.000 Bank Sampah di Indonesia. Ini juga menawarkan solusi yang menguntungkan semua pihak tanpa kendala berarti. Lebih detail ada di bagian Bank Sampah di situs web ini.

Baca lebih lanjut tentang lessons-learned dengan mengunduh dokumen 10 halaman di bawah:

pdfGianyar Waste Recovery Project
Lessons learned (Version 8)